Forum Kajian Baiquni Cairo-Mesir
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Forum Kajian Baiquni Cairo-Mesir

Ruang Aspirasi Anggota
 
HomePortalGallerySearchLatest imagesRegisterLog in

 

 Sekilas Metode Penafsiran Syi'ah Itsna Asyariah

Go down 
AuthorMessage
amri




Number of posts : 8
Age : 38
Registration date : 2007-03-21

Sekilas Metode Penafsiran Syi'ah Itsna Asyariah Empty
PostSubject: Sekilas Metode Penafsiran Syi'ah Itsna Asyariah   Sekilas Metode Penafsiran Syi'ah Itsna Asyariah Icon_minitimeFri Apr 04, 2008 11:05 pm

Syiah
adalah sebuah golongan tersendiri dalam barisan kaum Muslimin. Keberadaannya
merupakan sebuah realita dalam dinamika perkembangan Islam sejak zaman Shahabat
hingga masa sekarang ini. Kekhususan Syiah telah banyak diurai oleh sebahagian
Ulama dalam usaha mengungkap Syiah yang sebenarnya kepada Ummat, namun
kebanyakan masih menitikberatkan pada segi Aqidah terlebih dahulu. Langkah
tersebut merupakan sebuah keniscayaan yang harus ditempuh, karena itu adalah
tangga pertama untuk mengenal sendi-sendi Syiah lainnya.


Dalam Islam, ada banyak hal yang menjadi
pondasi pemahaman dasar. Sebagai urutan pertama adalah pemahaman isi kandungan
Al-Qur'an. Memahami Firman Allah, bukan hanya dengan spontan melihat langsung
bisa mengetahui dengan seksama pesan yang terkandung di dalamnya. Melainkan
memerlukan bantuan perangkat-perangkat sebagai alat bantu. Itulah posisi yang
ditempati oleh Ilmu Tafsir dalam deretan Khazanah Pengetahuan Islam.


Golongan Syiah terbagi kepada
kelompok-kelompok dan memiliki metode tersendiri dalam memahami Al-Qur'an
sesuai dengan dasar Aqidah kelompoknya. meskipun pada sebahagian poin-poinnya
masih ada persamaan dengan metode yang disepakati Ulama Sunni. Pada dasarnya
pada urutan pertama adalah penafsiran Al-Qur'an dengan Al-Qur'an, kedua
Al-Qur'an dengan Hadits Nabi. Golongan Syiah sepakat dengan Sunni tentang dasar dua dasar
metode ini. Kemudian terjadi perbedaan pada poin ketiga, yaitu perkataan Imam
(Khususnya pada kelompok Syiah Itsna' Asyariah). Poin ketiga yang
dipergunakan golongan Syiah ini berbeda dengan metode Ulama Sunni yang
menempatkan perkataan Shahabat sebagai dasar setelah Al-Qur'an dan Sunnah. Itu
dikarenakan Kaum Syiah menganggap perkataan Shahabat sama kedudukannya dengan perkataan
setiap orang dalam Ummat ini. Perkataan Shahabat bukanlah sebuah Hujjah
kecuali perkataan yang berupa riwayat dari Nabi Saw.


Muhammad Husain at-Thabthany
mengungkapkan dalam bukunya Al-Qur'an fil Islam : para Ulama Syiah
menganggap " Telah Jelas dalam Hadits as-Tsaqalain ( sebuah hadits
yang masyhur dikalangan Syiah Itsna Asyariah) dan diriwayatkan secara mutawatir
bahwasanya Perkataan keturunan yang suci dari Ahlul Bait As. Adalah
menempati posisi Hujjah setelah perkataan Rasul Saw." Inilah dasar
yang diperpegangi sebagai penopang diangkatnya Perkataan Imam Syiah sebagai
dasar ketiga untuk menafsirkan Al-Qur'an.


Bahkan dengan dalil yang
diperpegangi golongan Syiah ini membuat kelompok Syiah Itsna Asyariah yang
juga dikenal dengan Syiah Imamiyah ikut menyempitkan poin kedua yang dianggap sama
dengan metode Ulama Sunni, yaitu Penafsiran Al-Qur'an dengan Sunnah. Menjadikan
mereka hanya mengkhususkan Hadits yang riwayatnya melalui Ahlul Bait
saja, selebihnya tidak dianggap sebuah Hujjah yang pantas digunakan
untuk menafsirkan Al-Qur'an. Dan itu dijelaskan oleh Muhammad al-Husain âl
Kâsyif al-Ghithâ dalam uraiannya mengenai Syiah Imamiyah mengatakan
" Sesungguhnya mereka tidak menerima Sunnah – Hadits Nabi – kecuali yang
benar-benar berada pada jalur periwayatan Ahlul Bait".


Kemudian beralih pada Uslub
pemahaman Nash Al-Qur'an. Ulama sepakat bahwa yang paling pertama dipahami dari
sebuah teks adalah makna Dhahirnya, dan tidak dilarikan kepada makna
lain kecuali ada Qarinah yang menunjukkan untuk mengambil makna lain
tersebut. Hal itu bisa terjadi ketika pemaknaan secara Dhahirnya
bertentangan dengan teks lain, atau mengarah kepada sesuatu yang dilarang oleh
Syari'at.


Seiring dengan kaidah di atas, yaitu
memaknai Nash dengan melihat makna Dhahir terlebih dahulu. Mereka justru
menjadikan Imam-imam Syiah setara dengan Nabi Saw. Dalam porsi menjelaskan
maksud dari Firman Allah Swt. Bahkan ketika makna Dhahir teks Al-Qur'an
tidak mendukung Aqidah mereka, maka dengan sengaja melarikan maknanya
kepada makna Ta'wil sesuai dengan keinginan mereka meskipun maknanya
sudah tidak sesuai dengan makna Dhahir dari teks tersebut.


Selain itu, kelompok Itsna
Asyariyah
memiliki sebuah asumsi bahwasanya Al-Qur'an memiliki sisi yang Dhahir
dan Bathin. Yaitu selain dari teks Al-Qur'an yang berada ditangan
kaum Muslim sekarang yang merupakan bentuk Dhahir dari Al-Qur'an, masih
ada yang tersembunyi melebihi jumlah teks yang telah ada sekarang. Bahkan
menjelaskan bahagian Al-Qur'an yang tersembunyi tersebut ada beberapa pendapat,
sebahagian mengatakan jumlahnya sekitar tujuh kali lipat dari Al-Qur'an Dhahir
dan sebahagian lainnya menganggap lebih banyak lagi yaitu sekitar tujuh puluh
kali lipat dari jumlah teks yang telah ada.


Kecendrungan Syiah mengatakan sisi Dhahir
dan Bathin Al-Qur'an ini, membuat mereka bersaing dalam mencari sisi
yang tersembunyi tersebut. Sampai-sampai mereka tertuju pada sebuah hasil yang
rancu. Ada yang
menganggap bahwa jumlah yang tersembunyi adalah sepertiga Al-Qur'an, sementara
pendapat lain menganggap seperempatnya. Dan setiap yang berpendapat
menyandarkan ungkapan mereka kepada para Imam untuk memperkuat anggapan
masing-masing ditelinga para pengikutnya. Hal itu mengarah kepada kesesatan
yang menyesatkan orang lain.


Dalam Khazanah Tafsir yang berkembang
dalam dunia Islam, terdapat sederetan Ulama yang berlatar belakanga Syiah. Ulama
Syiah berbeda antara satu dengan yang lainnya sesuai perbedaan kelompok dalam
golongan Syiah sendiri. Seorang Mufassir yang menganut mazhab
Zaidiyah
yaitu Muhammad bin Ali bin Abdullah as-Syaukani dalam kitab
tafsirnya "Fathul Qadîr" menafsirkan Al-Qur'an sesuai dengan
kaidah Ulama Sunni. Dalam penafsirannya menyebutkan teks ayat kemudian
menafsirkannya sesuai dengan Akal yang dapat diterima, dan menyertakan pendapat
Ulama-ulama terdahulu tentang tafsiran teks ayat tersebut. Di lain sisi dia
mengistinbatkan hukum sesuai dengan pendapat yang dia fahami sendiri
menempatkan dirinya sebagai seorang mujtahid yang setara dengan ulama mujtahid
lainnya. Intinya as-Syaukani tidak jauh beda dengan Ulama Tafsir Sunni
melainkan hanya memuliakan Ali Ra. Diantara Sahabat Nabi lainnya, namun tetap
mengakui kekhalifahan Abu Bakar, Umar, dan Usman Ra.


Dari kalangan Syiah Itsna
Asyariah
Abu Ali al-Fadhl bin al-Hasan at-Thubrusy dengan Tafsirnya "Majma'
al-Bayan fi tafsiril Qur'an
" menafsirkan Al-Qur'an menggunakan metode
yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal itu terlihat ketika menafsirkan
sebahagian ayat dalam Al-Qur'an, seperti : Tafsir ayat "Wawaritsa
Sulaimanu Dâwûda
" bahwasanya para Nabi mewariskan harta kepada
keturunannya sama seperti orang lain yang meninggal. Untuk menguatkan pendapat
mereka atas hak kewarisan Fatimah ra. Atas harta yang ditinggalkan Nabi Saw.
Pada ayat lain misalnya surah al-Ahzâb : 33, dia menafsirkan bahwasanya
Nabi Saw., Fatimah Ra., Hasan dan Husain Ra. Adalah orang-orang yang Ma'shum
(terjaga dari dosa) yang kemudian dijadikan penguat keyakinan mereka akan
terjaganya Imam-imam Syiah yang memiliki hubungan Nasab dengan Nabi Saw.
Back to top Go down
 
Sekilas Metode Penafsiran Syi'ah Itsna Asyariah
Back to top 
Page 1 of 1
 Similar topics
-
» syiah
» Syiah

Permissions in this forum:You cannot reply to topics in this forum
Forum Kajian Baiquni Cairo-Mesir :: Dialog Pemikiran :: Tafsir & Hadits-
Jump to: